poltekkesjayapura.com – Nggak semua orang tahu gimana cara yang benar saat harus berinteraksi dengan orang yang punya gangguan kepribadian. Kadang niatnya mau bantu, eh malah bikin situasi makin runyam. Wajar kok, karena memang nggak gampang, apalagi kalau belum ngerti latar belakang atau ciri khas dari gangguan tersebut.
Nah, lewat artikel ini di poltekkesjayapura.com, aku pengin ngajak kamu lebih hati-hati dalam bersikap. Jangan sampai kamu terjebak dalam pola komunikasi yang salah. Karena meskipun kamu berniat baik, ada beberapa hal yang justru harus dihindari supaya hubungan tetap sehat dan kamu juga nggak ikutan capek secara emosional.
1. Menyalahkan Mereka Atas Segalanya
Salah satu kesalahan paling umum adalah langsung menyalahkan mereka atas semua konflik atau situasi yang nggak nyaman. Padahal, gangguan kepribadian itu bukan pilihan mereka, melainkan kondisi psikologis yang kompleks. Kalau kita terus-menerus bilang “kamu tuh emang nyebelin dari sananya,” itu cuma bikin mereka makin tertutup dan defensif.
Coba ganti pendekatan dengan tanya perasaannya, atau validasi apa yang mereka alami tanpa menghakimi. Meskipun kadang mereka bereaksi dengan cara yang bikin kita bingung, tetap penting untuk nggak langsung menuduh.
2. Berusaha Mengubah Mereka Secara Paksa
Niat bantu kadang suka berujung jadi obsesi. Kita jadi pengin “benerin” mereka biar sesuai harapan kita. Sayangnya, pendekatan kayak gini biasanya malah bikin hubungan tambah tegang. Orang dengan gangguan kepribadian cenderung sangat sensitif terhadap tekanan, apalagi kalau merasa dipaksa berubah.
Yang lebih efektif justru adalah kasih ruang buat mereka menyadari dan memahami diri sendiri, sambil kamu tetap support tanpa maksain kehendak. Perubahan sejati datang dari dalam, bukan dari paksaan luar.
3. Ikut Terjebak dalam Drama Emosi
Ada beberapa tipe gangguan kepribadian, misalnya borderline atau histrionik, yang bisa memunculkan situasi emosional intens. Nah, kalau kamu ikut-ikutan kebawa arus emosinya, kamu bisa kelelahan sendiri. Jangan salah, kamu juga perlu menjaga batas emosional kamu supaya nggak ikut larut.
Caranya? Latih diri buat tetap tenang saat mereka mulai meledak-ledak atau jadi sangat sensitif. Ambil jeda kalau perlu. Ingat, menjaga jarak emosional bukan berarti kamu nggak peduli, tapi justru supaya kamu tetap bisa hadir secara sehat dalam hubungan itu.
4. Menganggap Semua Hal sebagai Serangan Pribadi
Orang dengan gangguan kepribadian kadang suka ngomong hal yang menyakitkan, terdengar sinis, atau terkesan manipulatif. Tapi penting banget untuk ngerti bahwa sebagian besar dari respons mereka itu datang dari luka batin atau pola pikir yang sudah terbentuk lama. Jadi, kalau kamu terus-terusan baper dan nganggep itu semua sebagai serangan pribadi, kamu bakal cepat lelah dan hubungan pun retak.
Alih-alih baper, coba lihat dari sudut pandang mereka. Memang nggak gampang, tapi itu bisa bantu kamu buat lebih sabar dan bijak dalam merespons.
5. Nggak Menetapkan Batas yang Sehat
Saking penginnya memahami, kadang kita jadi terlalu permisif. Semua ditoleransi, semua diiyakan, sampai akhirnya kita kehilangan kendali dan kewalahan sendiri. Padahal, hubungan yang sehat tetap butuh batas. Kamu juga punya hak untuk bilang “tidak” atau mengambil jarak kalau merasa terlalu lelah.
Misalnya, kamu bisa bilang, “Aku pengin bantu, tapi sekarang aku juga butuh waktu buat diri sendiri.” Ini bukan egois, tapi bentuk self-care yang penting supaya kamu tetap bisa support mereka tanpa kehilangan dirimu sendiri.
Penutup
Menghadapi orang dengan gangguan kepribadian memang bukan hal yang gampang. Tapi bukan berarti kita harus menjauh atau menyerah begitu aja. Lewat artikel di poltekkesjayapura.com ini, aku harap kamu jadi lebih sadar bahwa kesalahan kecil bisa berdampak besar kalau nggak disadari sejak awal.
Dengan lebih banyak belajar dan memahami, kita bisa jadi support system yang baik—bukan penyelamat yang sok tahu, tapi teman yang hadir dengan empati dan batas yang sehat. Jangan lupa juga, jaga dirimu sendiri ya. Karena untuk bisa menolong orang lain, kamu juga harus kuat dulu.