poltekkesjayapura.com – Menjalani pengobatan kanker bukan perkara mudah. Ada obat-obatan, kemoterapi, kadang juga operasi—semuanya bisa bikin tubuh dan pikiran lelah. Di tengah semua itu, banyak orang mulai mencari cara tambahan untuk merasa lebih nyaman dan seimbang. Nah, di sinilah peran terapi komplementer masuk. Bukan buat ganti pengobatan utama, tapi lebih ke menemani dan bantu meredakan efek sampingnya.
Terapi komplementer udah makin dikenal di dunia medis. Bahkan beberapa rumah sakit besar di Indonesia sudah menyertakan layanan ini dalam perawatan pasien kanker. Tapi tentu aja, semua terapi ini tetap harus dikonsultasikan ke dokter, ya. Jadi, yuk kita bahas satu per satu lima terapi komplementer yang bisa bantu kamu merasa lebih baik selama pengobatan kanker.
1. Akupunktur: Jarum Halus yang Bikin Tubuh Rileks
Akupunktur mungkin kedengarannya ngeri karena berhubungan sama jarum. Tapi tenang, ini bukan jarum suntik. Jarum akupunktur super halus dan ditusukkan di titik-titik tertentu di tubuh. Tujuannya? Ngebantu aliran energi (chi) supaya lebih lancar, dan tubuh bisa menyeimbangkan dirinya sendiri.
Buat pasien kanker, akupunktur biasanya dipakai buat ngurangin mual akibat kemoterapi, nyeri kronis, dan rasa cemas. Banyak yang bilang setelah akupunktur, tubuh terasa lebih ringan dan rileks. Tapi pastikan kamu melakukannya di tempat yang bersertifikasi, ya. Jangan asal datang ke tukang tusuk jarum yang belum jelas pengalamannya.
2. Meditasi dan Mindfulness: Latihan Pikiran untuk Tenangin Diri
Pengobatan kanker nggak cuma melelahkan tubuh, tapi juga pikiran. Makanya, banyak pasien kanker yang coba praktik meditasi dan mindfulness biar bisa lebih fokus dan tenang. Ini bukan soal “membuang pikiran negatif” tapi lebih ke mengamati apa yang kamu rasakan, tanpa menghakimi.
Caranya sederhana, bisa mulai dari duduk diam selama 5-10 menit sambil fokus ke napas. Nggak harus langsung mahir. Yang penting rutin. Dengan meditasi, kamu bisa bantu turunkan tingkat stres, memperbaiki kualitas tidur, dan ngerasa lebih terkoneksi dengan tubuhmu sendiri. Bahkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa meditasi bisa bantu turunkan tekanan darah dan ngebantu sistem imun.
3. Aromaterapi: Wewangian yang Bisa Bikin Mood Naik
Pernah nggak, pas lagi stres terus nyium bau lavender, tiba-tiba hati terasa adem? Nah, itulah kekuatan aromaterapi. Wewangian dari minyak esensial bisa kasih efek relaksasi buat tubuh dan pikiran. Pasien kanker sering banget pakai ini buat bantu tidur lebih nyenyak, ngurangin kecemasan, atau sekadar memperbaiki mood.
Kamu bisa teteskan minyak esensial ke diffuser, campur ke air mandi, atau oleskan (dengan carrier oil ya!) ke pergelangan tangan. Minyak yang sering dipakai di antaranya lavender, peppermint, eucalyptus, dan lemon. Tapi tetap hati-hati, ya. Beberapa orang bisa alergi sama jenis minyak tertentu. Jadi selalu coba sedikit dulu sebelum pakai banyak-banyak.
4. Yoga dan Tai Chi: Gerakan Lembut untuk Keseimbangan Tubuh
Kalau kamu ngebayangin olahraga berat yang bikin keringetan parah, yoga dan tai chi bukan kayak gitu. Kedua aktivitas ini lebih ke latihan pernapasan, kelenturan, dan gerakan lambat yang bikin tubuh lebih rileks tapi tetap aktif. Pas banget buat kamu yang mungkin lagi nggak punya tenaga banyak karena efek samping pengobatan.
Yoga udah terbukti bisa bantu perbaiki kualitas tidur, ngurangin kelelahan, dan bahkan memperbaiki suasana hati. Sementara tai chi, yang berasal dari tradisi Tiongkok, juga punya manfaat serupa, terutama buat keseimbangan tubuh dan kelenturan sendi. Yang penting, ikuti kelas yang memang untuk pemula atau khusus untuk pasien pemulihan kesehatan. Jangan paksakan gerakan, ya!
5. Terapi Musik dan Seni: Ekspresikan Perasaan dengan Cara yang Indah
Kadang, ada perasaan yang susah banget diungkapkan dengan kata-kata. Nah, lewat terapi musik atau seni, kamu bisa “ngobrol” dengan dirimu sendiri lewat nada atau gambar. Terapi musik bisa sesederhana dengerin lagu favorit, atau ikut sesi bareng terapis musik buat main alat musik bareng.
Sementara terapi seni bisa melibatkan menggambar, melukis, atau membuat kerajinan tangan. Nggak harus jago kok. Yang penting prosesnya. Banyak pasien kanker yang bilang kalau terapi ini bantu mereka lepasin emosi yang lama dipendam, dan bikin perasaan jadi lebih lega. Ini bukan cuma buat seniman—semua orang bisa coba!
Tips Aman Sebelum Mulai Terapi Komplementer
Meskipun terapi komplementer bisa bantu, kamu tetap harus berhati-hati. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memulai:
-
Konsultasikan ke dokter: Selalu tanya ke dokter kamu sebelum mencoba terapi apa pun. Karena bisa aja ada terapi yang nggak cocok dengan pengobatan utama kamu.
-
Pilih praktisi yang tersertifikasi: Apapun terapinya, pastikan kamu ditangani oleh orang yang ahli dan punya izin resmi.
-
Lihat kondisi tubuh: Kalau kamu merasa lelah banget atau sedang dalam fase pengobatan intensif, mungkin ada beberapa terapi yang sebaiknya ditunda dulu.
-
Jangan tinggalkan pengobatan utama: Ingat ya, terapi komplementer adalah tambahan, bukan pengganti. Jangan berhenti kemoterapi atau radioterapi cuma karena merasa udah “cocok” dengan terapi lain.
Penutup: Gabungkan yang Medis dan yang Holistik
Pengobatan kanker memang penuh tantangan. Tapi bukan berarti kamu harus jalanin semuanya sendirian atau dengan cara yang bikin stres terus. Terapi komplementer bisa bantu kamu merasa lebih “utuh”—nggak cuma menyembuhkan fisik, tapi juga memperhatikan pikiran dan perasaan.
Di poltekkesjayapura.com, kami percaya bahwa pendekatan yang menyeluruh akan kasih hasil yang lebih baik. Tubuh kamu butuh perhatian, tapi jiwa dan hati kamu juga. Jadi, selama dilakukan dengan bijak dan tetap dalam pengawasan medis, nggak ada salahnya mencoba lima terapi komplementer di atas. Siapa tahu, kamu bisa lebih nyaman dan tenang menjalani proses penyembuhan. Tetap semangat dan sayangi diri sendiri, ya!